Direktur Kapal Pesiar Costa Pier Luigi Foschi menyatakan ke
polisi bahwa si Kapten Costa Francesco Schettino bersalah atas tragedi karamnya
Kapal Costa Concordia di perairan Tuscany, Italia Jumat 13 Januari 2012 malam.
Insiden itu membuat enam orang meninggal dunia dan 29 orang masih hilang.
Menurut Foschi, Schettino diduga telah bermanuver dengan mengubah rute. Padahal, kapal sepanjang seribu kaki itu sudah mempunyai rute kapal yang diprogram. Dalam rute perjalanan sebelumnya, 6 Januari 2012, kapal itu tidak mendekati kepulauan Giglio, Italia. Namun faktanya, kata Foschi, kapal itu justru berbelok. " Sangat diduga, kapten kapal mengubah rute dan bermanuver mengubah koordinat yang tidak disetujui dan tidak diketahui Costa" ujarnya.
Foschi juga menegaskan, seharusnya jika terjadi manuver melenceng dari rute, alarm akan berbunyi. " Jadi satu-satunya yang bisa saya ulangi adalah itu bukan rute yang biasa pada waktu itu" ujarnya. Dan ini menunjukan sang kapten telah melanggar prosedur perusahaan keamanan..
Sebenarnya apa yang membuat Kapten Schettino sengaja membawa kapalnya ke perairan dangkal? Perlahan-lahan, motif Schettino terkuak. Ia sepertinya sengaja membawa kapalnya ke perairan dangkal untuk menyapa temannya yang berada di Pulau Giglio dengan memberikan sinyal. Sang kawan, adalah kolega Schettino di Costa, yang segera pensiun dan pulang ke kampungnya, Giglio.
Sudah menjadi tradisi di Perusahaan Costa Crociere Spa, untuk memberikan penghormatan bagi karyawannya yang pensiun. Mereka umumnya mendekati pulau, di mana rekan mereka akan turun dari kapal dan mengakhiri masa tugas. Sayangnya, Schettino tidak cermat menghitung jarak dengan kedalaman laut.
Pada bulan Agustus tahun lalu, Kapal Costa Concordia, juga melewati Pulau Isola de Giglio, dan berada cukup dekat dengan pulau, untuk membunyikan pluitnya. Aksi itu, dibalas dengan ucapan selamat dari Walikota Pulau Isola del Giglio, karena telah memberikan tontonan dan hiburan kepada para wisatawan.
Seperti dikutip The Telegraph, kolega Schettino yang pensiun itu diduga adalah Antonello Tievolli, 46 tahun. Antonello adalah Kepala Chef Costa Concordia. Antonello sendiri kini sedang dirundung rasa bersalah. Ia merasa juga menjadi biang karena lalai mengingatkan Kapten.
Ayahnya, Giuseppe Tievoli, 82 tahun menuturkan, Antonello anaknya itu menghubungi dirinya. "Antonello menghubungiku untuk mengatakan kapal akan melewati pulau sekitar pukul 09.30 dan mereka akan memberikan kami peluit sebagai sapaan selamat datang. Ini adalah hal biasa yang mereka lakukan." Namun kapal itu terlalu dekat dengan daratan. "Aku tidak tahu apakah Antonello meminta Kapten untuk mendekat, tapi seharusnya tanggung jawab ada di tangan Kapten," kata Giuseppe.
Tanda lainnya, sekitar pukul 21.08 atau satu setengah jam sebelum kapal menabrak batuan yang berjarak 150 yard dari pantai, Patrizia yang juga saudara Antonello menulis di Facebooknya: "Dalam waktu yang dekat mencapai Concordia, sapaan hangat untuk abangku yang akhirnya akan mendarat di Savona untuk bisa menikmati sedikit istirahat."
Satu jam kemudian, Patrizia kembali menulis. "Tragedi, sebuah tragedi yang mematikan. Aku tak percaya ini terjadi. Aku hanya berharap aku akan terbangun dan menyadari bahwa ini hanyalah mimpi buruk, mimpi buruk terpanjang di hidupku." Ia pun mengecam klaim Kapten Schettino yang menyatakan tidak melihat batu dalam radar nautikalnya. "Tidak meyakinkan sama sekali."
Schettino dikabarkan sudah berulang kali membawa Costa Concordia. Ia adalah pengganti kapten Costa yang sudah pensiun, Mario Palombo. Palombo yang ditemui terpisah mengaku tak mengerti apa yang terjadi. "Apa yang dipikirkan rekanku kala itu, kapten tentunya sudah mengatur semua prosedur di atas kapal. Dia adalah raja, tapi aku tak mau terlalu banyak terseret dengan argumen ini."
Otoritas Costa menyatakan sudah memberikan izin kepada kapten kapal agar bisa berlayar sejauh 500 yard. Jaksa wilayah, Francesco Verusio mengaku terkejut dengan tragedi yang luar biasa ini. "Kami terkejut atas manuver ceroboh dari Kapten Costa Concordia yang berlayar terlalu dekat dengan Pulau Giglio pada Jumat 13 Januari lalu. Ini tak bisa dibiarkan."
Schettino diketahui hanya memberi tahu penjaga pantai bahwa kapalnya terendam air setelah 45 menit menabrak bebatuan. Ia kemudian mengabaikan kapal yang masih mengangkut ratusan orang. Schettiono juga tidak mematuhi perintah penjaga pantai untuk kembali ke kapal yang terbalik dan melakukan evakuasi.
Sejumlah ahli maritim dan perkapakan menilai, kesalahan pada sistem navigasi elektronik dan kegagalan kapten mungkin menjadi faktor bencana kapal pesiar mewah sepanjang masa, Costa Condordia. Menurut para ahli ini kepada Reuters, kapal penumpang modern seperti Concordia yang kandas di lepas pantai barat Italia akhir pekan lalu, pastinya dilengkapi dengan global positioning system (GPS) dan fasilitas radar pelacakan yang baik untuk menghindari tabrakan. Namun demikian, faktor manusia masih sangat penting.
"Semua alat bantu navigasi tidak membebaskan Anda sebagai nakhoda untuk mengambil tanggung jawab agar melaksanakan pelayaran dengan baik, yang memonitor Anda secara akurat dan membuat referensi ke semua materi yang tersedia. Termasuk grafik yang dicetak dan pengetahuan lokal daerah," ujar John Dalby, Chief Executive Manajemen Risiko Kelautan." Karenanya setiap nakhoda bertanggung jawab untuk navigasi dan dia mengemban tanggung jawab risiko di sini."
Dalby juga mempertanyakan, apakah awak kapal cukup mumpuni dengan pengalaman maritim yang minim. "Dalam situasi di mana Anda berada dalam perairan terbatas, hal-hal yang dapat terjadi sangat, sangat cepat. Lebih cepat dari pada merefresh GPS," katanya.
Menurut Foschi, Schettino diduga telah bermanuver dengan mengubah rute. Padahal, kapal sepanjang seribu kaki itu sudah mempunyai rute kapal yang diprogram. Dalam rute perjalanan sebelumnya, 6 Januari 2012, kapal itu tidak mendekati kepulauan Giglio, Italia. Namun faktanya, kata Foschi, kapal itu justru berbelok. " Sangat diduga, kapten kapal mengubah rute dan bermanuver mengubah koordinat yang tidak disetujui dan tidak diketahui Costa" ujarnya.
Foschi juga menegaskan, seharusnya jika terjadi manuver melenceng dari rute, alarm akan berbunyi. " Jadi satu-satunya yang bisa saya ulangi adalah itu bukan rute yang biasa pada waktu itu" ujarnya. Dan ini menunjukan sang kapten telah melanggar prosedur perusahaan keamanan..
Sebenarnya apa yang membuat Kapten Schettino sengaja membawa kapalnya ke perairan dangkal? Perlahan-lahan, motif Schettino terkuak. Ia sepertinya sengaja membawa kapalnya ke perairan dangkal untuk menyapa temannya yang berada di Pulau Giglio dengan memberikan sinyal. Sang kawan, adalah kolega Schettino di Costa, yang segera pensiun dan pulang ke kampungnya, Giglio.
Sudah menjadi tradisi di Perusahaan Costa Crociere Spa, untuk memberikan penghormatan bagi karyawannya yang pensiun. Mereka umumnya mendekati pulau, di mana rekan mereka akan turun dari kapal dan mengakhiri masa tugas. Sayangnya, Schettino tidak cermat menghitung jarak dengan kedalaman laut.
Pada bulan Agustus tahun lalu, Kapal Costa Concordia, juga melewati Pulau Isola de Giglio, dan berada cukup dekat dengan pulau, untuk membunyikan pluitnya. Aksi itu, dibalas dengan ucapan selamat dari Walikota Pulau Isola del Giglio, karena telah memberikan tontonan dan hiburan kepada para wisatawan.
Seperti dikutip The Telegraph, kolega Schettino yang pensiun itu diduga adalah Antonello Tievolli, 46 tahun. Antonello adalah Kepala Chef Costa Concordia. Antonello sendiri kini sedang dirundung rasa bersalah. Ia merasa juga menjadi biang karena lalai mengingatkan Kapten.
Ayahnya, Giuseppe Tievoli, 82 tahun menuturkan, Antonello anaknya itu menghubungi dirinya. "Antonello menghubungiku untuk mengatakan kapal akan melewati pulau sekitar pukul 09.30 dan mereka akan memberikan kami peluit sebagai sapaan selamat datang. Ini adalah hal biasa yang mereka lakukan." Namun kapal itu terlalu dekat dengan daratan. "Aku tidak tahu apakah Antonello meminta Kapten untuk mendekat, tapi seharusnya tanggung jawab ada di tangan Kapten," kata Giuseppe.
Tanda lainnya, sekitar pukul 21.08 atau satu setengah jam sebelum kapal menabrak batuan yang berjarak 150 yard dari pantai, Patrizia yang juga saudara Antonello menulis di Facebooknya: "Dalam waktu yang dekat mencapai Concordia, sapaan hangat untuk abangku yang akhirnya akan mendarat di Savona untuk bisa menikmati sedikit istirahat."
Satu jam kemudian, Patrizia kembali menulis. "Tragedi, sebuah tragedi yang mematikan. Aku tak percaya ini terjadi. Aku hanya berharap aku akan terbangun dan menyadari bahwa ini hanyalah mimpi buruk, mimpi buruk terpanjang di hidupku." Ia pun mengecam klaim Kapten Schettino yang menyatakan tidak melihat batu dalam radar nautikalnya. "Tidak meyakinkan sama sekali."
Schettino dikabarkan sudah berulang kali membawa Costa Concordia. Ia adalah pengganti kapten Costa yang sudah pensiun, Mario Palombo. Palombo yang ditemui terpisah mengaku tak mengerti apa yang terjadi. "Apa yang dipikirkan rekanku kala itu, kapten tentunya sudah mengatur semua prosedur di atas kapal. Dia adalah raja, tapi aku tak mau terlalu banyak terseret dengan argumen ini."
Otoritas Costa menyatakan sudah memberikan izin kepada kapten kapal agar bisa berlayar sejauh 500 yard. Jaksa wilayah, Francesco Verusio mengaku terkejut dengan tragedi yang luar biasa ini. "Kami terkejut atas manuver ceroboh dari Kapten Costa Concordia yang berlayar terlalu dekat dengan Pulau Giglio pada Jumat 13 Januari lalu. Ini tak bisa dibiarkan."
Schettino diketahui hanya memberi tahu penjaga pantai bahwa kapalnya terendam air setelah 45 menit menabrak bebatuan. Ia kemudian mengabaikan kapal yang masih mengangkut ratusan orang. Schettiono juga tidak mematuhi perintah penjaga pantai untuk kembali ke kapal yang terbalik dan melakukan evakuasi.
Sejumlah ahli maritim dan perkapakan menilai, kesalahan pada sistem navigasi elektronik dan kegagalan kapten mungkin menjadi faktor bencana kapal pesiar mewah sepanjang masa, Costa Condordia. Menurut para ahli ini kepada Reuters, kapal penumpang modern seperti Concordia yang kandas di lepas pantai barat Italia akhir pekan lalu, pastinya dilengkapi dengan global positioning system (GPS) dan fasilitas radar pelacakan yang baik untuk menghindari tabrakan. Namun demikian, faktor manusia masih sangat penting.
"Semua alat bantu navigasi tidak membebaskan Anda sebagai nakhoda untuk mengambil tanggung jawab agar melaksanakan pelayaran dengan baik, yang memonitor Anda secara akurat dan membuat referensi ke semua materi yang tersedia. Termasuk grafik yang dicetak dan pengetahuan lokal daerah," ujar John Dalby, Chief Executive Manajemen Risiko Kelautan." Karenanya setiap nakhoda bertanggung jawab untuk navigasi dan dia mengemban tanggung jawab risiko di sini."
Dalby juga mempertanyakan, apakah awak kapal cukup mumpuni dengan pengalaman maritim yang minim. "Dalam situasi di mana Anda berada dalam perairan terbatas, hal-hal yang dapat terjadi sangat, sangat cepat. Lebih cepat dari pada merefresh GPS," katanya.
No comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat dan menghibur. Silahkan tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. Saya akan segera membalas komentar anda.