Costa Concordia adalah kapal
penumpang terbesar ke-26 di dunia, dengan 13 dek penumpang yang tersusun di
atas kapal sepanjang 290 meter dan tinggi 60 meter di atas permukaan air.
Ketika berlayar meninggalkan Italia pada Jumat 23 Januari 2012 lalu, Costa
Concordia lebih mirip sebuah kompleks perkantoran ketimbang kapal laut.
Selama beberapa tahun terakhir industri kapal dilanda keprihatinan karena kapal raksasa itu terkadang tak didukung dengan awak yang terlatih baik, maupun para perwiranya yang hanya mengandalkan bantuan navigasi elektronik.
Para pakar juga telah memperingatkan bahwa konstruksi dan standar keamanan yang diberlakukan untuk kapal pesiar modern sebenarnya dirancang untuk kapal yang ukurannya separuh lebih kecil. Jadi bagaimana Costa Concordia bisa kandas hanya beberapa meter dari pantai?
Ada yang menuding Francesco Schettino, kapten kapal Costa Concordia sebagai orang yang harus bertanggung jawab, namun ada yang menduga tragedi itu disebabkan gangguan sistem listrik atau gugusan karang yang belum dipetakan.
Yang pasti, tak lama setelah pelayaran dimulai, para penumpang mendengar bunyi ledakan dan kapal diliputi kegelapan.
Selama beberapa tahun terakhir industri kapal dilanda keprihatinan karena kapal raksasa itu terkadang tak didukung dengan awak yang terlatih baik, maupun para perwiranya yang hanya mengandalkan bantuan navigasi elektronik.
Para pakar juga telah memperingatkan bahwa konstruksi dan standar keamanan yang diberlakukan untuk kapal pesiar modern sebenarnya dirancang untuk kapal yang ukurannya separuh lebih kecil. Jadi bagaimana Costa Concordia bisa kandas hanya beberapa meter dari pantai?
Ada yang menuding Francesco Schettino, kapten kapal Costa Concordia sebagai orang yang harus bertanggung jawab, namun ada yang menduga tragedi itu disebabkan gangguan sistem listrik atau gugusan karang yang belum dipetakan.
Yang pasti, tak lama setelah pelayaran dimulai, para penumpang mendengar bunyi ledakan dan kapal diliputi kegelapan.
Teori pertama ini didasari
keterangan kapten atas peristiwa itu, bahwa dia menabrak gugusan karang yang
belum diketahui dan memutuskan untuk menepikan kapal menuju perairan dangkal
yang aman di dekat pulau Giglio. Di situ kapal kembali menghantam karang dan
terguling ke salah satu sisinya.
Berdasarkan peraturan International Maritime Organisation, dalam kasus seperti itu semestinya kapten kapal menggunakan kapal itu sendiri sebagai “sekoci” dan kembali ke pelabuhan untuk evakuasi.
Teori kedua adalah terjadinya gangguan listrik yang mempengaruhi alat navigasi kapal, atau kerusakan komputer yang mengacaukan sistem navigasi kapal sehingga berlayar terlalu dekat dengan pantai dan akhirnya menabrak karang.
Kelalaian atau kecerobohan manusia menjadi teori ketiga penyebab tragedi yang menewaskan beberapa penumpang kapal tersebut. Kurangnya pengawasan menyebabkan kapal kandas di perairan dangkal.
Berdasarkan peraturan International Maritime Organisation, dalam kasus seperti itu semestinya kapten kapal menggunakan kapal itu sendiri sebagai “sekoci” dan kembali ke pelabuhan untuk evakuasi.
Teori kedua adalah terjadinya gangguan listrik yang mempengaruhi alat navigasi kapal, atau kerusakan komputer yang mengacaukan sistem navigasi kapal sehingga berlayar terlalu dekat dengan pantai dan akhirnya menabrak karang.
Kelalaian atau kecerobohan manusia menjadi teori ketiga penyebab tragedi yang menewaskan beberapa penumpang kapal tersebut. Kurangnya pengawasan menyebabkan kapal kandas di perairan dangkal.
Investigasi akan menelusuri semua keputusan, perintah dan
peristiwa yang mungkin menyebabkan kapal itu karam. Namun perlu waktu
berbulan-bulan sebelum petugas sampai pada kesimpulan. Di atas kertas,
kelalaian manusia tetap menjadi tersangka utama.
No comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat dan menghibur. Silahkan tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. Saya akan segera membalas komentar anda.