Meskipun demikian, para penulis studi itu, yang disiarkan di American Journal of Clinical Nutrition, tak sampai menyarankan orang agar setiap hari mengkonsumsi asupan magnesium sebab analisis mereka dipusatkan pada magnesium pada makanan. Mereka juga menduga ada aspek lain makanan yang mempengaruhi temuan mereka.
"Konsumsi makanan yang kaya akan magnesium berbanding terbalik dengan kaitan risiko stroke, terutama stroke iskemik," tulis pemimpin penulis studi tersebut Susanna Larsson, profesor di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia. Stroke iskemik adalah jenis stroke paling umum yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, seperti akibat penyumbatan pada pembuluh darah.
Hasil itu menyarankan orang mengonsumsi makanan sehat yang mengandung "magnesium seperti sayuran berdaun hijau, kacang, buncis dan padi-padian", ia menambahkan.
Larsson dan rekannya melakukan penelitian melalui penelusuran bank data selama 45 tahun belakangan guna menemukan studi yang melacak berapa jumlah magnesium yang dikonsumsi orang dan berapa banyak di antara mereka yang menderita stroke selama masa itu.
Dalam tujuh studi yang disiarkan selama 14 tahun belakangan, perkembangan sebanyak 250.000 orang di Amerika Serikat, Eropa dan Asia diikuti selama rata-rata 11,5 tahun. Sebanyak 6,500 di antara mereka, atau tiga persen, terserang stroke saat mereka mengikuti penelitian, demikian laporan Reuters.
Untuk setiap tambahan 100 miligram magnesium yang dikonsumsi seseorang setiap hari, risiko mereka terserang stroke iskemik --jenis yang paling umum, yang terutama disebabkan oleh pembekuan darah-- turun sebesar sembilan persen.
Berbeda dengan makanan berprotein tinggi yang menyehatkan, tidak semua protein sama -mengkonsumsi banyak daging merah dapat meningkatkan risiko terkena stroke sementara daging unggas dapat menurunkannya-- , demikian menurut penelitian di Amerika Serikat yang dikutip Reuters.
"Inti dari penelitian ini adalah jenis protein atau paket protein sangat berpengaruh bagi risiko stroke," kata Frank Hu dari Sekolah Kesehatan Umum Harvard dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal stroke.
"Kita harus menganggap protein dalam konteks makanan."
Hu dan tim peneliti mengumpulkan data dari dua survei kesehatan yang luas dan menelusuri hampir 130.000 laki-laki dan perempuan dengan rentang usia sekitar umur menengah hingga senior dan orang-orang yang lebih tua dari mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan lebih dari 20 tahunan, hampir sebanyak 1.400 laki-laki dan lebih dari 2.600 perempuan terkena stroke.
Untuk mengetahui apa pengaruh jenis makanan berprotein yang berbeda terhadap risiko kanker, para peneliti membagi orang dalam penelitian berdasarkan berapa banyak daging merah, unggas, ikan, makanan mengandung susu dan sumber protein lainnya yang mereka makan setiap hari.
Laki-laki yang makan lebih dari dua porsi daging merah setiap hari, yang sebenarnya berada di batas atas dari pemakan daging, memiliki 28 persen peningkatan risiko stroke dibanding dengan laki-laki yang rata-rata makan sepertiga dari porsi daging merah setiap hari, batas rendah pemakan daging.
Perempuan yang makan hampir dua porsi daging merah setiap hari memiliki peningkatan risiko stroke 19 persen lebih tinggi daripada wanita yang makan kurang dari setengah porsi setiap hari.
Mengganti salah satu porsi hidangan dengan daging unggas dapat menurunkan risiko stroke 27 persen, menggantinya dengan kacang atau ikan diperkirakan menurunan 17 persen, dan mengganti dengan susu dapat menurunkan risiko hampir 10 hingga 11 persen.
Seporsi daging merah dianggap sebanyak 113 hingga 170 gram (empat hingga enam ons) daging sapi, atau satu iris daging hamburger. Seporsi daging unggas dianggap sebanyak 113 gram.
Orang yang makan daging ayam atau kalkun setiap hari, menyajikan setengah porsi untuk wanita dan tiga-perempat porsi untuk laki-laki, telah mengurangi risiko stroke sebanyak 13 persen dibandingkan dengan orang-orang yang makan hampir tidak lebih dari satu porsi sehari.
Peneliti tidak membuktikan bahwa daging sapi adalah penyebab peningkatan jumlah penyakit stroke, namun Adam Bernstein, penulis utama dari penelitian tersebut, mengatakan lemak dan zat besi dalam daging merah memainkan peran.
Studi sebelumnya yang dipimpin oleh Susanna Larsson di Institut Karolinska Stockholm, Swedia, juga menemukan bahwa makan daging merah memiliki hubungan dengan risiko terkena stroke.
"Saya tidak berpikir bahwa daging unggas telah dianggap sebagai sumber protein yang mungkin menurunkan resiko serangan stroke. Ini hal baru," Larsson mengatakan kepada Reuters Health dalam email. Salah satu kejutan adalah bahwa ikan tampaknya tidak menawarkan perlindungan terhadap stroke, meskipun Bernstein mengatakan hal itu mungkin tergantung pada bagaimana ikan tersebut disajikan.
No comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat dan menghibur. Silahkan tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. Saya akan segera membalas komentar anda.