Badai Matahari mungkin tak akan melenyapkan Bumi, hanya
berpotensi menimbulkan gangguan telekomunikasi, navigasi, dan kelistrikan. Tapi
bagaimana dampak badai Matahari bagi Bulan yang ukurannya lebih kecil dan tidak
memiliki atmosfer? Akankah badai Matahari melenyapkan Bulan?
Studi terdahulu mengungkap bahwa angin Matahari yang memiliki muatan bisa mengakibatkan material di permukaan Bulan terlontar. Studi terbaru NASA mengungkap bahwa dengan prosentase ion berat seperti helium, oksigen, dan besi yang lebih tinggi, maka badai Matahari bisa melontarkan lebih banyak material dari Bulan.
"Kami menemukan bahwa ketika awan plasma yang sangat massif ini mengenai Bulan, ia beraksi seperti 'penghambur pasir' dan segera mengangkat material mudah menguap dari permukaan Bulan," kata William Farrel, pimpinan Dynamic Response of the Environment at the Moon (DREAM) dari NASA Goddard Space Flight Center.
Farrel yang terlibat penelitian terbaru NASA tersebut seperti dikutip National Geographic, Jumat (9/12/2011), menuturkan, "Model yang dikembangkan memprediksi bahwa 100 - 200 ton material Bulan, atau setara dengan muatan 10 bak truk, bisa terhambur akibat lontaran massa korona besar selama 2 hari."
Rosemary Killen, juga dari NASA Goddard Space Flight Center, mengatakan bahwa sekali terhambur, 90 persen massa material Bulan terbang ke angkasa. Partikel itu akan terionisasi, tertarik bersama angin Matahari. Partikel tersebut ada dalam bentuk atomik, jadi tidak memproduksi hujan meteor.
Hasil studi ini masih harus diuji lagi. Tahun 2013 adalah puncak aktivitas Matahari, di mana frekuensi badai Matahari juga akan meningkat, Wahana Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) akan membuktikan kebenaran studi ini. Jika benar, maka partikel bisa mencapai ketinggian 20-50 km dari permukaan Bulan.
Nah, lalu, apakah dengan terlontarnya material Bulan ke angkasa ini akan melenyapkan Bulan? Tidak. Jumlah partikel yang terlontar sangat kecil dibandingkan massa Bulan keseluruhan. Di samping itu, material yang terlontar akan menyeimbangkan partikel yang masuk dari meteorit dan angin Matahari sendiri.
Jadi, Bulan tidak akan lenyap atau tererosi secara perlahan kemudian hilang. Bahkan, jejak pendaratan astronot di Bulan masih akan ada dan bisa terlihat hingga jutaan tahun mendatang, bila manusia masih punya kesempatan melihatnya. Demikian studi yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research-Planet itu.
Secara terpisah, astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan bahwa badai Matahari justru akan berefek pada planet lain yang tidak memiliki medan magnet. Atmosfer dari planet-planet tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit.
"Badai matahari yang masuk itu, kan, merupakan partikel energetik. Ini memungkinkan terjadinya penghilangan atmosfer, penghapusan sedikit demi sedikit. Atmosfer planet-planet itu akan makin menipis," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/1/2012) hari ini.
Bagi Bumi, efek yang sama tidak terjadi. Sebabnya, Bumi memiliki medan magnet yang diperoleh karena inti Bumi memiliki banyak kandungan besi. Sementara, bagi planet gas seperti Jupiter, badai Matahari juga takkan begitu berpengaruh karena jarak Matahari dan Jupiter yang sangat jauh.
Studi terdahulu mengungkap bahwa angin Matahari yang memiliki muatan bisa mengakibatkan material di permukaan Bulan terlontar. Studi terbaru NASA mengungkap bahwa dengan prosentase ion berat seperti helium, oksigen, dan besi yang lebih tinggi, maka badai Matahari bisa melontarkan lebih banyak material dari Bulan.
"Kami menemukan bahwa ketika awan plasma yang sangat massif ini mengenai Bulan, ia beraksi seperti 'penghambur pasir' dan segera mengangkat material mudah menguap dari permukaan Bulan," kata William Farrel, pimpinan Dynamic Response of the Environment at the Moon (DREAM) dari NASA Goddard Space Flight Center.
Farrel yang terlibat penelitian terbaru NASA tersebut seperti dikutip National Geographic, Jumat (9/12/2011), menuturkan, "Model yang dikembangkan memprediksi bahwa 100 - 200 ton material Bulan, atau setara dengan muatan 10 bak truk, bisa terhambur akibat lontaran massa korona besar selama 2 hari."
Rosemary Killen, juga dari NASA Goddard Space Flight Center, mengatakan bahwa sekali terhambur, 90 persen massa material Bulan terbang ke angkasa. Partikel itu akan terionisasi, tertarik bersama angin Matahari. Partikel tersebut ada dalam bentuk atomik, jadi tidak memproduksi hujan meteor.
Hasil studi ini masih harus diuji lagi. Tahun 2013 adalah puncak aktivitas Matahari, di mana frekuensi badai Matahari juga akan meningkat, Wahana Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) akan membuktikan kebenaran studi ini. Jika benar, maka partikel bisa mencapai ketinggian 20-50 km dari permukaan Bulan.
Nah, lalu, apakah dengan terlontarnya material Bulan ke angkasa ini akan melenyapkan Bulan? Tidak. Jumlah partikel yang terlontar sangat kecil dibandingkan massa Bulan keseluruhan. Di samping itu, material yang terlontar akan menyeimbangkan partikel yang masuk dari meteorit dan angin Matahari sendiri.
Jadi, Bulan tidak akan lenyap atau tererosi secara perlahan kemudian hilang. Bahkan, jejak pendaratan astronot di Bulan masih akan ada dan bisa terlihat hingga jutaan tahun mendatang, bila manusia masih punya kesempatan melihatnya. Demikian studi yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research-Planet itu.
Secara terpisah, astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan bahwa badai Matahari justru akan berefek pada planet lain yang tidak memiliki medan magnet. Atmosfer dari planet-planet tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit.
"Badai matahari yang masuk itu, kan, merupakan partikel energetik. Ini memungkinkan terjadinya penghilangan atmosfer, penghapusan sedikit demi sedikit. Atmosfer planet-planet itu akan makin menipis," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/1/2012) hari ini.
Bagi Bumi, efek yang sama tidak terjadi. Sebabnya, Bumi memiliki medan magnet yang diperoleh karena inti Bumi memiliki banyak kandungan besi. Sementara, bagi planet gas seperti Jupiter, badai Matahari juga takkan begitu berpengaruh karena jarak Matahari dan Jupiter yang sangat jauh.
No comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat dan menghibur. Silahkan tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini. Saya akan segera membalas komentar anda.